Dari SD sudah dikenalkan dengan yang namanya peta, berbagai pelajaran pada saat itu (Kelas 4, 1996-1997) mengenalkan dan mempelajari peta, antara lain pelajaran IPS dan Peta Buta. Hingga sekarang, saat kuliahpun saya masih mempelajari peta (saya mengambil jurusan teknik yang kerjanya mengambil sumberdaya alam).
Peta adalah bentuk rupa muka bumi yang digambarkan dalam bidang dua dimensi. Biasanya peta mempunyai skala yang menunjukan rasio perbandingan dengan ukuran aslinya. Peta banyak macamnya, antara lain peta topografi, peta bathymetri, peta tematik, dan masih banyak lainnya.
Peta banyak digunakan sebagai alat penunjuk jalan.Traveller dan pekerjaan - pekerjaan teknik banyak menggunakan peta untuk menunjang kegiatannya. Mapala pun yang kegiatannya di alam bebas juga menggunakan peta guna membantunya bernavigasi mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut C.J. Zandvliet dari Belanda dalam jurnal Holland Horizon tahun 1994, peta Indonesia sudah ada sejak delapan abad yang lalu. Salah satu buktinya, peta paling awal tentang Nusantara sudah dibuat oleh bangsa Nusantara sendiri pada masa Majapahit. Peta administratif pernah dibuat pada masa Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit, dan diserahkan kepada tentara Yuan asal China, yang menaklukkan kerajaan tersebut pada tahun 1292.
Namun, sejarah juga mencatat bahwa peta pertama tentang Indonesia adalah peta navigasi yang dibuat pada abad ke-15 ketika Laksamana Cheng Ho dari China melakukan pelayaran di wilayah negeri ini.
Namun, sejarah juga mencatat bahwa peta pertama tentang Indonesia adalah peta navigasi yang dibuat pada abad ke-15 ketika Laksamana Cheng Ho dari China melakukan pelayaran di wilayah negeri ini.
Survey dan pemetaan yang lebih maju dilakukan oleh bangsa-bangsa kolonial yang awalnya datang sebagai pedagang dari mancanegara untuk mencari rempah-rempah. Pada penjajahan Belanda selama 3,5 abad itulah Belanda melakukan survei dan pemetaan ke berbagai wilayah, dan menginventarisasi kekayaan hayati Nusantara sehingga muncul berbagai peta wilayah Nusantara yang karena keterbatasan teknologi memiliki akurasi rendah.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, terdapat banyak jawatan pengukuran, yang kemudian dijadikan satu badan, disebut dengan Permante Kaarterings-Commissie (Komisi Tetap untuk Pemetaan), pada tahun 1938.
Kenyataannya, badan tersebut tidak dapat memenuhi harapan semula. Melalui Gouvernements Besluit van 17 January 1948 (Keputusan Pemerintah No. 3 tanggal 17 Januari 1948), komisi itu dibubarkan dan dibentuk Raad en Directorium voor het Meet en Kaarteerwezen in Nederlands Indies (Dewan dan Direktorium untuk Pengukuran dan Pemetaan Hindia Belanda).
Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia tahun 1949, pemerintah membubarkan Raad en Directorium voor het Meet en Kaarteerwezwn (Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 1951), selanjutnya membentuk Dewan dan Direktorium Pengukuran dan Penggambaran Peta. Badan ini memiliki pola organisasi yang sama seperti bentukan Hindia Belanda. Dewan bertugas membuat kebijakan dan pengambilan keputusan, sedangkan pelaksananya adalah Direktorium.
Di lain pihak, dibentuk pula Panitia ‘Pembuatan Atlas Sumber-sumber Kemakmuran Indonesia’, dengan tugas menunjang rencana pembangunan nasional. Panitia ini berada di bawah Biro Ekonomi dan Keuangan - Menteri Pertama. Pada tahun 1964, status Panitia Atlas ditingkatkan menjadi Badan Atlas Nasional (Batnas), berdasarkan Keputusan Kabinet Kerja No. Aa/D57/1964, yang ditandatangani oleh Wakil Perdana Menteri II, Ir. Chaerul Saleh.
Kinerja Dewan dan Direktorium dinilai Presiden Soekarno, lamban dan koordinasinya tidak berfungsi, hingga akhirnya dibubarkan dan dibentuk organisasi berbentuk komando, yaitu Komando Survei dan Pemetaan Nasional (Kosurtanal) serta Dewan Survei dan Pemetaan Nasional (Desurtanal), melalui Keppres No. 263 tahun 1965 tanggal 2 September 1965.
Hingga peristiwa G-30-S/PKI 1965, Desurtanal dan Kosurtanal belum bekerja sebagaimana mestinya. Maka secara khusus untuk survei dan pemetaan nasional dibentuk organisasi baru yang disebut BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional).
BAKOSURTANAL dibentuk berdasar Keppres No. 63 tahun 1969 tanggal 17 Oktober 1969 (diperingati sebagai ulang tahun BAKOSURTANAL).
Bakosurtanal tengah merintis pembuatan peta berskala besar dengan akurasi tinggi yang dimungkinkan oleh teknologi yang semakin canggih, dari mulai teknologi penginderaan jauh, teknologi digital, teknologi GPS, dan teknik pemrosesan data dengan sistem komputer.
Tempat - Tempat membeli peta topografi Indonesia :
BAKOSURTANAL Gedung C
Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi
Jl Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong 16911
T : 021-8753155 F : 021-87916647
http://www.bakosurtanal.go.id
Museum Geologi Bandung
Jl. Diponegoro No.57
Bandung 40122
Telp: (022) 721 3822, Fax : (022) 721 3934
(sumber : www.kompas.com, www.bakosurtanal.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar