Kamis, 30 Desember 2010

Batubara Sebagai Sumber Energi Potensial

Sudah sejak lama manusia telah memanfaatkan batu yang berwarna hitam dan dapat terbakar ini. Batu tersebut adalah batubara. Batubara terbentuk dari endapan tumbuh – tumbuhan yang telah mati, terkubur di dalam tanah dan terkena pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun lamanya.


Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu.



Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Beberapa ahli sejarah yakin bahwa batubara pertama kali digunakan secara komersial di Cina. Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina menyediakan batu bara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam sekitar tahun 1000 SM. Bahkan petunjuk paling awal tentang batubara ternyata berasal dari filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang menyebutkan adanya arang seperti batu. Abu batu bara yang ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di Inggris juga menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh bangsa Romawi pada tahun 400 SM.

Catatan sejarah dari Abad Pertengahan memberikan bukti pertama penambangan batu bara di Eropa, bahkan suatu perdagangan internasional batu bara laut dari lapisan batu bara yang tersingkap di pantai Inggris dikumpulkan dan diekspor ke Belgia. Selama Revolusi Industri pada abad 18 dan 19, kebutuhan akan batubara amat mendesak. Penemuan revolusional mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan penggunaan batu bara. Oleh karena itu, riwayat penambangan dan penggunaan batu bara tidak dapat dilepaskan dari sejarah Revolusi Industri, terutama terkait dengan produksi besi dan baja, transportasi kereta api dan kapal uap.

Namun tingkat penggunaan batubara sebagai sumber energi primer mulai berkurang seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian minyak. Dan akhirnya, sejak tahun 1960 minyak menempati posisi paling atas sebagai sumber energi primer menggantikan batubara. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa batubara akhirnya tidak berperan sama sekali sebagai salah satu sumber energi primer.

Krisis minyak pada tahun 1973 menyadarkan banyak pihak bahwa ketergantungan yang berlebihan pada salah satu sumber energi primer, dalam hal ini minyak, akan menyulitkan upaya pemenuhan pasokan energi yang kontinyu. Selain itu, labilnya kondisi keamanan di Timur Tengah yang merupakan produsen minyak terbesar juga sangat berpengaruh pada fluktuasi harga maupun stabilitas pasokan.

Kemudian pada tahun 1976 muncul Surat Perintah Presiden Republik Indonesia yang memerintahkan kepada Menteri PUTL (Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik) agar pemanfaatan batubara dikembangkan lagi, terutama sebagai bahan bakar untuk PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dan pabrik semen. Sebagai dampak dari surat perintah tersebut, tambang–tambang batubara yang tadinya hampir mati dihidupkan kembali. Demikian pula endapan–endapan batu bara lainnya mulai dieksplorasi lagi, dan yang kemudian ditemukan di beberapa daerah (terutama di daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan) kini telah ditambang dan telah berproduksi.

Batubara bila ditinjau dari segi pemanfaatannya dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu batubara kokas atau batubara yang cocok untuk dibuat kokas metalurgi, kemudian batubara bahan bakar untuk digunakan sebagai bahan bakar di PLTU, pabrik semen dan industri kecil. Dan golongan yang terakhir adalah batubara konversi, yakni batubara yang dimanfaatkan dalam bentuk cairan atau gas.


Selain dimanfaatkan sebagai bahan bakar di PLTU, pabrik semen, industri kecil, dan rumah tangga, sebagian batubara Indonesia telah diekspor ke hamper seluruh dunia, antara lain ke Negara – Negara Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar